Selasa, 19 April 2011

Pembelajaran Remedial

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam kegiatan pembelajaran termasuk pembelajaran mandiri selalu dijumpai adanya peserta didik yang mengalami kesulitan dalam mencapai standar kompetensi, kompetensi dasar dan penguasaan materi pembelajaran yang telah ditentukan. Secara garis besar kesulitan dimaksud dapat berupa kurangnya pengetahuan prasyarat, kesulitan memahami materi pembelajaran, maupun kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas latihan dan menyelesaikan soal-soal ulangan. Secara khusus, kesulitan yang dijumpai peserta didik dapat berupa tidak dikuasainya kompetensi dasar. Agar peserta didik dapat memecahkan kesulitan tersebut perlu adanya bantuan. Bantuan dimaksud berupa pemberian pembelajaran remedial atau perbaikan. Untuk keperluan pemberian pembelajaran remedial perlu dipilih strategi dan langkah-langkah yang tepat setelah terlebih dahulu diadakan diagnosis terhadap kesulitan belajar yang dialami peserta didik.
Sehubungan dengan hal-hal tersebut, perlu disusun rencana sistematis pemberian pembelajaran remedial untuk membantu mengatasi kesulitan belajar peserta didik

B.     Tujuan
Penyusunan makalah  ini bertujuan :
1.       Memberikan pemahaman lebih luas bagaimana menyelenggarakan pembelajaran remedial.
2.       Memberikan alternatif penyelenggaraan pembelajaran remedial yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan atau pendidik.
3.       Memberikan layanan optimal melalui proses pembelajaran remedial.


 
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Kesulitan Belajar Matematika
Secara umum kesulitan belajar matematika diartikan suatu kondisi dalam proses belajar mengajar yang ditandai dengan adanya hambatan – hambatan  tertentu untuk mencapai hasil belajar. Salah satu gejala yang dapat diamati dari siswa yang mengalami kesulitan belajar adalah hasil belajar yang rendah di bawah rata – rata. Menurut Barton siswa mengalami kesulitan belajar apabila yang bersangkutan menunjukkan kegagalan dalam mencapai tujuan – tujuan belajar dan tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan pada tingkat pelajaran berikutnya. Menurut Nurkancana siswa yang memiliki tingkat penguasaan kurang dari 65%, tergolong siswa dengan tingkat penguasaan yang rendah, yang berarti menunjukkan bahwa siswa yang bersangkutan mengalami kesulitan dalam belajar. Sedangkan Soejadi, menyatakan bahwa kesulitan belajar dapat dilokasikan menjadi tiga jenis, yakni (1) kesulitan belajar yang ada kaitannya dengan penguasaan terhadap objek – objek matematika, (2) kesulitan belajar yang berkaitan dengan penguasaan tujuan belajar, (3) kesulitan belajar  yang ada kaitannya dengan kemampuan menyelesaikan masalah dalam  pemecahan masalah.
Untuk mengetahui kesulitan apa saja yang dialami siswa dalam mempelajari matematika tentang suatu pokok bahasan terlebih dahulu harus diketahui kesalahan apa yang dilakukan siswa ketika menjawab soal dalam pokok bahasan tersebut. Jadi kesalahan – kesalahan yang diperbuat siswa dalam menyelesaikan soal – soal yang diberikan, dapat dijadikan petunjuk adanya kesulitan belajar yang dialami siswa. Untuk mengidentifikasi siswa – siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat digunakan evaluasi diagnostik. Menurut Fraser dan Gillam (1972) “tes diagnostik” merupakan tes untuk mengungkap kelemahan siswa dalam bagian khusus dari hasil kerja siswa. Dengan evaluasi diagnostik dapat dilakukan diagnosis kesulitan belajar siswa. Diagnosis kesulitan belajar lebih luas daripada pelaksanaan tes dianostik.
 Diagnosis kesulitan belajar adalah kegiatan untuk menemukan kelemahan siswa melalui analisis terhadap hasil kerja dalam tes berupa langkah – langkah penyelesaian soal – soal. Menurut Davis dan Greenstein (1973), “diagnosis dalam belajar matematika” merupakan kegiatan untuk menentukan kesulitan sebenarnya melalui respon siswa terhadap kesalahan yang berkaitan dengan penguasaan materi. Menurut Mc Loughlin dan Lewis, diagnosis kesulitan belajar siswa dalam pelajaran matematika sangat cocok dengan analisis kesalahan, karena respon siswa dalam pelajaran matematika sebagian besar diberikan melalui jawaban tertulis. Hal itu sesuai dengan pendapat Davis dkk yang menyatakan bahwa kesalahan siswa dalam banyak topik matematika merupakan sumber utama untuk mengetahui kesulitan siswa dalam memahami matematika.
Suatu kondisi yang menunjukkan kesulitan belajar siswa dalam mempelajari matematika tergambar pada pencapaian nilai yang diperoleh dan kesalahan – kesalahan yang dilakukan siswa dalam tes diagnostik. Untuk mengetahui kesulitan siswa dalam penelitian ini dilakukan langkah – langkah sebagai berikut :
1.      Berdasarkan nilai yang diperoleh siswa dalam tes diagnostik. Nilai yang diperoleh siswa merupakan perbandingan dari skor yang diperoleh siswa dengan skor ideal tes diagnostik tersebut.
2.      Kesulitan belajar yang dialami siswa, dilakukan analisis kesalahan terhadap jawaban siswa pada setiap soal tes diagnostik menunjukkan kesulitan belajar yang dialami siswa.
Kesulitan belajar matematika adalah kesulitan siswa dalam menguasai materi pokok bahasan rumus – rumus segitiga dalam trigonometri, ditandai dengan kesalahan – kesalahan dalam penyelesaian soal – soal. Kesalahan yang diperhatikan adalah kesalahan sebagai indikator yang berkaitan dengan penguasaan tujuan belajar. Maksudnya adalah pembelajaran di sekolah bertujuan agar siswa menguasai kemampuan yang disebutkan dalam kurikulum. Berarti, khusus untuk rumus – rumus segitiga dalam trigonometri siswa harus menguasai tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus pokok bahasan tersebut.

B.     Remidiasi Kesulitan Belajar
Pembelajaran remedial adalah pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai ketuntasan pada KD tertentu, menggunakan berbagai metode yang diakhiri dengan penilaian untuk mengukur kembali tingkat ketuntasan belajar peserta didik. Pada hakikatnya semua peserta didik akan dapat mencapai standar kompetensi yang ditentukan, hanya waktu pencapaian yang berbeda. Oleh karenanya perlu adanya program pembelajaran remedial (perbaikan).
Kegiatan remidiasi adalah kegiatan yang diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar untuk mengubah, memperbaiki atau memperjelas kerangka berpikirnya (Arikunto, 1987; Sutrisno, 1995). Hasil akhir dari remidiasi ini adalah kerangka berpikir siswa yang konsisten dengan kerangka berpikir matematikawan. Kegiatan remidiasi merupakan bentuk khusus pengajaran yang diarahkan untuk menyembuhkan atau memperbaiki siswa yang mengalami kesulitan belajar, agar hasil belajarnya menjadi lebih baik (Depdikbud,1994).
Secara umum kegiatan remidiasi adalah kegiatan pembelajaran yang diarahkan untuk mengatasi kesulitan belajar dengan cara mengubah, memperbaiki atau  memperjelas cara berpikirnya, agar pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan meningkat. Sebelum melakukan kegiatan remidiasi terlebih dahulu ditentukan kesulitan belajar yang dialami siswa biasa, yaitu siswa yang tidak mengalami lemah mental atau cacat fisik yang mengganggu belajar. Untuk itu dilakukan diagnose kesulitan belajar untuk menentukan sumber kesulitan setelah penyebabnya diketahui, kemudian diremidiasi.
Sejauh ini kegiatan remidiasi yang sering dilakukan adalah dengan pengajaran ulang atau mengajarkan kembali materi yang telah disampaikan guru yang belum dikuasai oleh siswa (remidiasi konvensional). Salah satu kelemahan remidiasi dengan cara konvensional adalah proses remidiasi yang kurang terarah, karena harus belajar bersama maka dapat membosankan siswa yang tidak mengalami kesulitan. Hasil penelitian Sutrisno (1995) yang melakukan penelitian dalam bidang IPA, remidiasi dalam bentuk pengajaran ulang hanya dapat meningkatkan hasil belajar 10% dengan effect size 0,26. Remidiasi yang lebih baik dari remidiasi dengan bentuk pengajaran ulang. Ada sejumlah jenis remidiasi yang telah dicobakan. Tabel berikut menunjukkan jenis remidiasi, effect size dan persentase peningkatan hasil belajar siswa.

Jenis remidiasi, effect size (ES), persentase peningkatan hasil belajar (%)
No.
Jenis Remidiasi
ES
%
1
Penyediaan pedoman cara menafsirkan hasil tes diagnostik
0,48
18
2
Penyediaan kunci jawaban
0,28
11
3
Penyediaan boklet yang berisi penjelasan jawaban yang benar dan mengapa yang lain salah
0,91
32
4
Pemberian penjelasan tentang jenis-jenis kesalahan yang sering dilakukan dalam menjawab soal tes diagnostik
0,41
16
5
Penggunaan PC untuk diagnose kesulitan belajar
0,35
14
6
Pemberian remidiasi dengan metode permainan
0,43
17
7
Pemberian remidiasi dalam bentuk pengajaran ulang
0,26
10
8
Pemberian remidiasi dalam bentuk latihan soal tambahan
0,24
9
9
Pemberian remidiasi dalam bentuk penguasaan proses ilmiah
0,35
14
10
Pemberian remidiasi dalam bentuk bacaan alternatif yang disusun dengan struktur reputation text
3,92
50
Sumber : Sutrisno, 1995

C.     Remidiasi dengan Bacaan Alternatif Berbentuk Reputation Text
Remidiasi dengan penyediaan bacaan alternatif berbentuk reputation text disusun berdasarkan hasil tes diagnostik kesulitan belajar siswa (1990). Bacaan ini dibuat berdasarkan pandangan “constructivist”. Yaitu suatu pandangan yang memberikan arti bahwa pengetahuan awal atau struktur kognitif yang telah dimiliki sebelumnya (Bodner,1986). Siswa harus menentukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya, apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Hal itu didasarkan pemikiran bahwa belajar itu jauh lebih banyak dari mengingat. Siswa harus paham dan dapat menerapkan pengetahuan, berupaya memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, bersusah payah dengan ide-ide (Slavin, 1997).
Dalam remidiasi siswa tidak dianggap kosong tanpa pengetahuan sama sekali sebelum yang bersangkutan mulai belajar.
Implikasi dari pandangan belajar seperti ini dalam pembelajaran adalah pengajar tidak lagi satu-satunya sumber pengetahuan yang memberikan begitu saja pengetahuannya kepada peserta didik. Pengajar berfungsi sebagai pengelola atau proses interaksi/berargumentasi untuk menetapkan konsepsi yang paling masuk akal, paling jelas, paling lengkap, dan paling bermanfaat (Sutrisno, 1996:6). Sedangkan siswa secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri.
Bacaan ini di bagian awal memuat konsepsi siswa yang salah. Pada bagian tengah dibahas penyebab dari konsepsi siswa yang salah, dan bagian akhir bacaan disajikan konsepsi ilmuwan. Langkah – langkah pembuatan bacaan reputation text, yaitu :
1)      Membicarakan terlebih dahulu jenis – jenis kesalahan siswa dalam menyelesaikan suatu soal tes dari materi yang diajarkan;
2)      Membicarakan anggapan-anggapan siswa atau konsepsi awal siswa (prakonsepsi) dalam menjawab soal tes diagnostik;
3)      Membicarakan cara-cara yang ditempuh dalam memperbaiki konsepsi-konsepsi yang salah dalam menjawab soal tes diagnostik dari materi yang diajarkan. Disini dapat dilakukan dengan memberikan arahan atau peringatan kepada siswa dari setiap langkah pekerjaan agar tidak melupakan konsep-konsep yang digunakan (Sutrisno, 1990)

Melalui bacaan berbentuk reputation text,  siswa dapat mengenal konsep mereka sendiri dan dapat membedakan konsepsi awal mereka dengan konsep ilmuwan. Hal ini mengikuti alur pemikiran penganut konstruktivisme yang berpandangan bahwa pengetahuan dibangun dalam pikiran siswa. Karena pengetahuan tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa. Siswa sendiri yang secara aktif secara mental membangun pengetahuannya dengan menggunakan struktur kognitif yang telah ada (konsepsi awal).
Melalui remidiasi model reputation text, semua jenis kesalahan siswa disajikan dalam suatu bacaan, dimana setiap siswa dapat mengetahui semua jenis kesalahan yang dilakukan oleh para siswa, agar mengetahui dan dapat menghindari kesalahan tersebut.
Keistimewaan diberikan bacaan berbentuk reputation text antara lain :
(i)                 The reputation text contrast student’s pre conception with the scientist’s conception;
(ii)               Having read this text student may recognize their own conceptions; and
(iii)             Experience a cognitive conflict and turn accept the scientist.

Adapun rambu – rambu dalam penyusunan remidiasi dengan bacaan alternatif berbentuk reputation text adalah sebagai berikut :
1.      Teknik penyusunan remidiasi dengan bacaan berbentuk reputation text
Langkah – langkah sebagai pedoman penyusunan remidiasi dengan bacaan berbentuk reputation text
a.       Memberikan tes diagnostik kepada siswa untuk mendeteksi kesalahan yang dilakukan siswa;
b.      Bagi butir – butir soal yang tidak dapat dijawab dengan benar, dianalisa untuk mencari penyebab mengapa siswa melakukan kesalahan; dan
c.       Penyebab siswa melakukan kesalahan itu merupakan ungkapan konsep-konsep awal siswa yang tidak sesuai dengan konsepsi matematikawan selanjutnya disebut miskonsepsi.
d.      Setelah diketahui kemudian dianalisis sumber penyebabnya, selanjutnya disusun bacaan untuk remidiasi.
2.      Bacaan berbentuk reputation text
a.       Uraian yang diberikan dalam remidiasi dengan bacaan tersebut harus diterima secara jelas oleh siswa;
b.      Uraian dalam remidiasi bacaan merupakan ungkapan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dan ungkapan unsur-unsur penyebab yang dilakukan siswa serta ungkapan cara-cara uang ditempuh untuk memperbaiki kesalahan.

Dalam penerapannya langkah penyusunan remidiasi bacaan dapat disusun sebagai berikut :
(1)   Karena reputation text  merupakan alat remidiasi bacaan, maka perlu dibuat pengantar sebagai motivator kepada siswa yang berisikan pentingnya belajar konsep-konsep prasyarat dan konsep-konsep rumus-rumus segitiga dalam trigonometri.
(2)   Bagian awal dari bacaan berisikan penjelasan jenis kesalahan;
(3)   Bagian tengah bacaan berisikan penyebab dari kesalahan tersebut;
(4)   Bagian akhir bacaan berisikan cara yang ditempuh untuk memperbaiki kesalahan;
(5)   Setiap akhir dari bagian bacaan diberikan soal-soal yang mirip dengan soal-soal yang dikerjakan salah oleh siswa sebagai latihan untuk mengingat dan mengungkap kembali informasi yang benar yang telah di pelajari.






Pengertian Motivasi dan Contoh Motivasi Belajar

A.      Pengertian Motivasi Belajar
Pengertian motivasi menurut beberapa para ahli, yaitu:
1.      Gray
Pengertian motivasi sebagai sejumlah proses, yang bersifat internal atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu.
2.      Morgan
Motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek - aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut adalah keadaan yang mendorong tingkah laku, tingkah laku yang di dorong oleh keadaan tersebut, dan tujuan dari pada tingkah laku tersebut.
3.      McDonald
Motivasi sebagai perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi mencapai tujuan. Motivasi merupakan masalah kompleks dalam organisasi, karena kebutuhan dan keinginan setiap anggota organisasi berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini berbeda karena setiap anggota suatu organisasi adalah unik secara biologis maupun psikologis, dan berkembang atas dasar proses belajar yang berbeda pula.
4.      Chung dan Megginson
Motivasi adalah tingkat usaha yang dilakukan oleh seseorang yang mengejar suatu tujuan dan berkaitan dengan kepuasan kerja dan perfoman pekerjaan.
5.      T. Hani Handoko
Motivasi adalah keadaan pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai tujuan.
6.      A. Anwar Prabu Mangkunegara
Motivasi dengan kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara prilaku yang berubungan dengan lingkungan kerja.
7.      H. Hadari Nawawi
Motivasi sebagai suatu keadaan yang mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan sesuatu perbuatan atau kegiatan yang berlangsung secara sadar.
8.      Soemanto
Motivasi sebagai suatu perubahan tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi pencapaian tujuan. Karena kelakuan manusia itu selalu bertujuan, kita dapat menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yang memberi kekuatan bagi tingkah laku mencapai tujuan, telah terjadi di dalam diri seseorang.
Dari pengertian-pengertian motivasi diatas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang atau menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan yang dilakukannya sehingga ia dapat mencapai tujuannya.
Motivasi terbagi dua, yaitu :
a.         Motivasi Intrinsik
Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
b.        Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.

Pengertian belajar menurut Morgan adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Sedangkan menurut Moh. Surya, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Jadi kesimpulannya belajar adalah perubahan dari diri seseorang.
 Jadi, Motivasi belajar merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang atau menggerakan seseorang untuk belajar sesuatu atau melakukan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan.
 Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:
·         Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
·         Hadiah
·         Saingan/kompetisi
·         Pujian
·         Hukuman
·         Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
·         Membentuk kebiasaan belajar yang baik
·         Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
·         Menggunakan metode yang bervariasi, dan
·         Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran

B.       Contoh Motivasi Belajar
Tujuan diberikannya motivasi kepada siswa adalah sebagai berikut :
a)      Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan, tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan misalnya belajar.
b)      Mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
c)      Menggerakkan tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
Contoh motivasi belajar,
-          Misalnya guru memberikan beberapa soal latihan (3-5 soal) kepada siswa. Soal – soal tersebut dikerjakan secara individu. Kemudian guru memberikan batas waktu (misal 10-15 menit). Soal-soal yang sudah dikerjakan di kumpulkan sesuai hitungan waktu yang diberikan oleh guru. Misalkan siapa yang bisa mengumpulkan 10 menit pertama dan 10 orang tercepat, dengan catatan jawaban soal itu benar semua, maka akan diberikan nilai A. Apabila siswa mengumpulkan pada menit ke 11-15, maka mendapatkan nilai B, itu apabila soal tersebut terjawab benar semua, tetapi apabila ada yang salah maka mendapat nilai B-, C+, C, atau C-. Dengan cara tersebut maka siswa akan termotivasi dan mereka akan berpacu untuk menjadi yang terbaik.
-       Contoh motivasi yang lain, pertama guru menjelaskan tentang tujuan belajar. Misalkan belajar tentang statistika. Statistika ada di dalam kehidupan sehari-hari.  Maka guru memberikan motivasi, dengan  belajar statistika, maka siswa dapat mengumpulkan data, mengolah data, menyajikan data secara sistematis, menghitung rata-rata. Dengan menganalisis dan menafsirkan data-data statistik dapat digunakan untuk pengambilan keputusan, perencanaan, dan kesimpulan dengan tepat dari sifat-sifat data statistik tersebut. Jadi, siswa akan termotivasi belajar statistik, mereka akan berfikir, penting belajar statistik itu.
-       Motivasi belajar juga dapat dituangkan dengan kompetisi, pemberian hadiah, pujian, dan hukuman. Misalkan saja dalam belajar, guru memberikan kuis kepada siswa, yang sebelumnya sudah dibentuk beberapa kelompok, dalam setiap kelompok terdiri dari 3 siswa, maka dalam pengerjaan kuis tersebut, secara tidak langsung mereka berkompetisi untuk menjadi yang terbaik. Di sini guru memberikan motivasi dengan memberikan hadiah dan pujian kepada siswa atau kelompok yang berprestasi, kemudian memberikan hukuman kepada siswa atau kelompok yang melakukan kesalahan seperti bernyanyi atau mencabut rumput di depan kelas. Hukuman tersebut diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan memacu motivasi belajarnya.